Mendengar kata penjahat biasanya selalu dikaitkan dengan tindakan mencuri, merampok, menodong, dan sejenisnya. Namun penjahat-penjahat...
Mendengar kata penjahat biasanya selalu dikaitkan dengan tindakan mencuri, merampok, menodong, dan sejenisnya. Namun penjahat-penjahat besar bagi muslim yang Allah jelaskan dalam Al Qur'an tidak berkaitan karena tindakan tersebut. Ada penjahat-penjahat yang harus diwaspadai oleh umat islam demi mendapatkan keselamatan di akhirat kelak. Mau tidak mau penjahat-penjahat tersebut harus kita ketahui karena bisa saja penjahat-penjahat tersebut tanpa disadari adalah orang-orang terdekat.
Mari kita telusuri secara detail siapakah penjahat-penjahat besar yang Allah jelaskan dalam Al Qur'an.
أَوَمَن كَانَ مَيۡتً۬ا فَأَحۡيَيۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُ ۥ نُورً۬ا يَمۡشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ ۥ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيۡسَ بِخَارِجٍ۬ مِّنۡہَاۚ كَذَٲلِكَ زُيِّنَ لِلۡكَـٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (١٢٢) وَكَذَٲلِكَ جَعَلۡنَا فِى كُلِّ قَرۡيَةٍ أَڪَـٰبِرَ مُجۡرِمِيهَا لِيَمۡڪُرُواْ فِيهَاۖ وَمَا يَمۡڪُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِہِمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ
Dan apakah orang-orang yang keadaannya mati lalu Kami hidupkan dan Kami jadikan cahaya untuknya, yang dengan cahaya itu dia bisa berjalan dikalangan manusia, sama halnya dengan orang yang dalam kegelapan yang tidak bisa keluar dari kegelapan itu? Demikianlah dihiaskan bagi (dianggap baik dalam pandangan) orang-orang kafir itu, apa yang mereka lakukan.
Dan demikianlah Kami jadikan di tiap-tiap negeri (komunitas manusia) itu “penjahat-penjahat paling besar”, untuk selalu melakukan tipu daya didalamnya. Padahal tidaklah mereka memperdayakan, kecuali dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al An’am : 122-123)
Di sebuah mimbar, seseorang mengoreksi terjemahan pada frase “Akaabiro Mujrimiiha” yang diartikan “penjahat-penjahat paling besar”. Katanya itu salah, mestinya: “Pembesar-pembesar jahat”. Ini adalah suatu koreksi yang tidak perlu, tendensius dan berbau provokasi. “Mujrimin” itu isim fa’il (pelaku), artinya “pelaku kejahatan” alias penjahat, “akaabir” itu isim tafdhil, artinya paling besar.
Begitulah jika Al Quran dibawa ke kancah politik, akan terkotori dengan berbagai tendensi dan provokasi. Mau “menghantam” pembesar, itu suka-suka dia, tapi jangan pakai Al Quran. Kotor !!!
Ayat Al An’am : 123 di atas, masih kelanjutan ayat sebelumnya. Jadi penjahat paling besar itu, dia yang selalu menanamkan “kontrasepsi” yang akan menghalangi hidupnya kembali hati orang yang sudah mati agar tetap berada dalam kegelapan. Tetapi ia sendiri, dan banyak orang yang terpesona akan kefasihan lidahnya, menganggap tindakannya itu “heroik”, saking tingginya “ghiroh ke-Islaman”.
Para pemasung hati itulah yang harus selalu diwaspadai, karena mereka ini sangat tidak ingin melihat perubahan terjadi, yang akan mengganggu kenyamanan yang sedang dinikmatinya.
وَإِنَّ مِنۡهُمۡ لَفَرِيقً۬ا يَلۡوُ ۥنَ أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَـٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡڪِتَـٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ
“Dan sesungguhnya diantara mereka terdapat segolongan yang piawai bertutur tentang Al Kitab, agar kamu mengira bahwa itu dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab. Dan mereka mengatakan: “Ini dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka mengatakan kebohongan atas Allah padahal mereka mengetahui (bahwa itu bukan dari Allah)”. (Ali Imron :78)
Undzur maa qiela wa laa tandzur man qoola (perhatikan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan).
Waspadalah terhadap penjahat-penjahat besar karena mereka akan menghalangi kita untuk keluar dari kegelapan. Mudah-mudahan ayat-ayat di atas bisa memberikan kejelasan siapa sesungguhnya penjahat-penjahat besar yang harus diwaspadai oleh umat islam.
COMMENTS