Bagiamana Dan Siapa Yang Mendapatkan Rahmat Allah?

Setiap orang islam pasti sangat mengharapkan sekali mendapatkan rahmat Allah. Bahkan orang yang tidak tahu arti rahmat pun sangat mengh...

Setiap orang islam pasti sangat mengharapkan sekali mendapatkan rahmat Allah. Bahkan orang yang tidak tahu arti rahmat pun sangat mengharapkan rahmat Allah. Mereka dengan semangat mengikuti ritual demi mendapatkan rahmat Allah, seperti mengucapkan sholawat kepada nabi dengan harapan rahmat turun kepadanya melalui nabi. Benarkah dengan mengucapkan sholawat kepada Nabi bisa mendapatkan rahmat Allah?

Mari kita telusuri pemikiran di atas dengan merujuk kembali kepada pentunjuk Allah melalui ayat-ayat-Nya. Langka awal yaitu mencari tahu dulu apa yang dimaksud rahmat dan bagaimana bentuk rahmat Allah.

Dalam lafadz basmalah, Allah itu Ar Rahman dan Ar Rahim. Ar Rahman artinya Maha Pemurah yakni pemberi karunia/rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia tanpa pandang bulu dan tanpa perhitungan. Ar Rahim artinya Maha Pengasih/Penyayang, yakni pemberi rahmat (kasih sayang) kepada orang-orang tertentu yang dikasihi-Nya. Karunia Allah bisa didapatkan oleh semua makhluk cipataan-Nya, sedangkan rahmat Allah akan diberikan kepada orang-orang tertentu pilihan-Nya. Dengan kata lain tidak semua manusia bisa mendapatkan rahmat Allah.

Karunia/rezeki Allah dibutuhkan oleh setiap makhluk Allah dalam hidup di dunia, sedangkan rahmat Allah diperlukan oleh manusia untuk mendapatkan keselamatan dari azab Allah. Inilah alasan mengapa manusia sangat mengharapkan rahmat Allah. Perlu diketahui, keberhasilan atau kegagalan manusia dalam mencari karunia/rezeki Allah di muka bumi, sama sekali bukan merupakan tolak ukur kasih sayang Allah yang didapatkannya.

Setelah mengetahui rahmat dan mengapa manusia sangat membutuhkan rahmat Allah, penelusuran selanjutnya adalah seperti apa dan dalam bentuk apa rahmat Allah itu didapatkan dan dirasakan secara nyata dan konkrit. Jangan hanya mengaku mendapat rahmat apalagi menduga-duga sudah mendapatkan rahmat hanya dengan mengucapkan sholawat kepada nabi.

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً‌ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan lagi hati kami setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan berilah kami Rahmat langsung dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi”. (Ali Imron : 8)

رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً۬ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا...

“… Ya Tuhan kami berilah kami Rahmat langsung dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bimbingan bagi kami dalam segala urusan kami”. (Al Kahfi:10)

Dari ayat di atas, Rahmat Allah tidak dapat diperoleh dari kekayaan-Nya yang tersedia di bumi, melainkan langsung dari sisi-Nya, dan diperoleh manusia dalam bentuk petunjuk (Hudan) dan bimbingan (Rosyadan), yang terkemas sempurna dan abadi dalam Al Qur’an.

Bagaimana Al Qur’an itu secara nyata (konkrit) dan benar berperan terhadap manusia sebagai petunjuk dan bimbingan kehidupan?

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ‌ۚ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang yang berhijrah dan berjihad di Jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan Rahmat Allah …” (Al Baqoroh : 218)

وَجَعَلۡنَا مِنۡہُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ يَہۡدُونَ بِأَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُواْ‌ۖ وَڪَانُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka, pemimpin-pemimpin yang membimbing dengan Urusan Kami, ketika mereka sabar dan keadaan mereka itu meyakini ayat-ayat Kami“. (As Sajdah : 24)

قَدۡ جَآءَڪُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌ۬ وَڪِتَـٰبٌ۬ مُّبِينٌ۬ (١٥) يَهۡدِى بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٲنَهُ ۥ سُبُلَ ٱلسَّلَـٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬...

“… Sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan. Dengan itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya kepada jalan-jalan keselamatan serta mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya terang, dan dengan itu pula Allah menunjuki mereka kepada Jalan Yang Lurus“. (Al Ma`idah : 15-16)

Sangat jelas sekali, orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah adalah orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah. Kemudian Allah menjadikan diantara mereka pemimpin-pemimpin yang akan membimbing mereka ketika mereka sabar dan keadaan mereka meyakini ayat-ayat Allah. Cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan akan mengeluarkan orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dari kegelapan kepada cahaya terang.

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ ٱللَّهُ إِلَّا وَحۡيًا أَوۡ مِن وَرَآىِٕ حِجَابٍ أَوۡ يُرۡسِلَ رَسُولاً۬ فَيُوحِىَ بِإِذۡنِهِۦ مَا يَشَآءُ‌ۚ إِنَّهُ ۥ عَلِىٌّ حَڪِيمٌ۬

“Dan tidak akan terjadi pada seorangpun bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan cara wahyu atau dari balik hijab, atau dengan mengutus seorang rosul lalu ia mewahyukan atas izinnya, apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia itu Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (Asy Syuro : 51)

Sesuai dengan martabat Allah yang Maha Tinggi dan Maha Bijaksana, maka dalam menyampaikan Kalam dan urusan-Nya kepada manusia hanya menggunakan tiga cara yang layak bagi-Nya, yaitu:

1. Menerima dari Allah secara wahyu (pewahyuan), atau
2. Kontak langsung (personal) dari balik hijab, atau
3. Menerima sesuatu yang disampaikan melalui seorang Rosul-Nya, (bukan melalui atau perantaraan yang lain)

Setiap orang harusnya menyadari, mengingat-ingat barang kali lupa, apakah pernah merasa bahwa Allah menyampaikan sesuatu dengan salah satu cara seperti di atas atau tidak sama sekali.

Jika ketiganya berjawaban “tidak”, mesti disadari bahwa sebenarnya Allah tidak bertutur apapun, apalagi mengatur, memerintah atau melarang.

Wallahu a'lam